![]() |
Ini Cara Rasul Melunakkan Hati yang Keras |
Pernahkah anda terbukti bersalah namun sukar sekali
mengeluarkan minta maaf? Alasannya: orang yang dimintai maaf lebih muda
dari kita, lebih miskin dari kita, atau status jabatannya lebih rendah
dari kita. Jika kita penah mengalami demikian atau menyaksikan orang
yang berperilaku begitu, yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap
penyakit hati yang keras.
Surat Al-Baqarah ayat 67-74 mengambarkan kondisi penyakit tersebut
ketika mengisahkan tentang Bani Israil. Mereka dilukiskan sebagai
orang-orang yang sulit menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah
hadir di depan mata. Hati mereka mengeras seperti batu, bahkan bisa
lebih keras lagi.
Penyakit ini susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi
penderitanya adalah dirinya sendiri. Egoisme, gengsi, atau perasaan
paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang
membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari
luar dirinya. Namun, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati.
Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb).
Nabi menjawab:
إن أردت تلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم
Artinya: “Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang
miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak)
Dalam hadits tersebut, Rasulullah menganjurkan orag yang keras
hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah. Empati
tersebut diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin.
Makan adalah di antara kebutuhan primer (hâjiyât) setiap manusia.
Penghasilan orang miskin sering hanya bisa mencukupi keperluan pokok
tersebut tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya. Lebih dari
miskin disebut faqîr. Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama
membutuhkan uluran tangan.
Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa
bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa ridha dan
syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah.
Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang
menghargai rizeki yang diterimanya.
Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata “mengusap” di
sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut,
dan mengayomi mereka. Tentang hal ini, Nabi bersabda:
من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله ، كان له بكل شعرة مرت عليها
يده حسنات ، ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده ، كنت أنا وهو في الجنة
كهاتين ، وقرن بين أصبعيه
“Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan
hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya
itu mengalirkan banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada
anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di
surga seperti ini (Nabi menyejajarkan dua jarinya).”
Dalam hadits itu, Allah memberikan kebaikan kepada orang-orang yang
mengusap kepala anak yatim. Jumlah rambut di hadits ini merupakan
ilustrasi dari kebaikan yang tak terhitung sebagaimana tak terhitungnya
jumlah rambut kepala orang. Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang
kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah berikan kebaikan kepadanya.
Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap
kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di
pihaknya. Wallah a’lam. (Mahbib)
Tips Rasulullah untuk Melunakkan Hati yang Keras
Pernahkah Anda terbukti bersalah namun sukar sekali mengeluarkan minta maaf? Alasannya: orang yang dimintai maaf lebih muda dari kita, lebih miskin dari kita, atau status jabatannya lebih rendah dari kita. Jika kita penah mengalami demikian atau menyaksikan orang yang berperilaku begitu, yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit hati yang keras.
Pernahkah Anda terbukti bersalah namun sukar sekali mengeluarkan minta maaf? Alasannya: orang yang dimintai maaf lebih muda dari kita, lebih miskin dari kita, atau status jabatannya lebih rendah dari kita. Jika kita penah mengalami demikian atau menyaksikan orang yang berperilaku begitu, yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit hati yang keras.
Surat Al-Baqarah ayat 67-74 mengambarkan kondisi penyakit tersebut
ketika mengisahkan tentang Bani Israil. Mereka dilukiskan sebagai
orang-orang yang sulit menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah
hadir di depan mata. Hati mereka mengeras seperti batu, bahkan bisa
lebih keras lagi.
Penyakit ini susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi
penderitanya adalah dirinya sendiri. Egoisme, gengsi, atau perasaan
paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang
membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari
luar dirinya. Namun, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati.
sumber : www.inspiradata.com

0 Response to "Ini Cara Rasul Melunakkan Hati yang Keras"
Post a Comment